Jumat, 06 Januari 2017


Palangkaraya 7 agustus 2016
Tak Perlu Menungguku
Teruntuk bapak BJ. Habibie dan ibu Ainun Habibie
Alam membujuk
Ujarnya kita di pisah ruang dan waktu
“iya” apakah itu realitas yang tertanam di benakmu?

Hampa tak bernyawa..
Hatimu...
Terkulaikah engkau?
Lemah kini
Terpedaya dimensi penginderaan yang rapuh?

Janganlah risau wahai kekasih
Ku terima selalu salam rindumu
Berbalut doa sang angin merona

Tak sadarkah engkau?
Akulah angin itu..
Nafasmu wahai kekasih

Masih belum sadarkah engkau
Aku adalah engkau
Bukankah baru saja kau pijakkan
Kakimu di atas langkahku
Masih seperti dulu bukan?
Kau hargai aku
Akulah tanah
Akulah pusara
Lekat denganmu
Akulah ragamu
Ku pertegas lagi...
Kita tak pernah berjauhan
Kita masih sering bertemu
Bercengkrama riang
Selalu kau tinggalkan surat cinta untukku
Romantisme...
Indah bercahaya
Ruh mu mewangi namaku

Ku Jejaki Negeri Terjajah Dan Penjajah
Kulihat dan kupandangi
Negeri ajaib
Bukan hanya sandiwara
Benar sungguh
Langitnya bergantung awan- awan keemasan
Mengulum senyum mentari pagi
Menghangatkan tiap tunas di bumi

Tanahnya..
Tanahnya harus pula kau lihat
Cokelat ia mengandung pupuk
Bijak ia menumbuhkan pohon semang keberkahan
Daun dan akar pun menjadi obat
Tak kalah lupa buah – buah yang bermanfaat

Lautnya tak terlupakan
Kristal membiru di bola matamu
Hasil lautnya tak terkatakan
Tumpukan harta karun, timbunan bajak laut
Sungguh menggugah memanggil
Mempesona tak terperi

Adakah yang tak ingin
Berbayang kota atlantis di dalamnya
Menawarkan kemegahan
Menjulurkan umpan kekayaan
Menarik hati para kompeni
Inilah negeriku
Negeri yang pernah terjajah

Negeri itu....
Negeri (to be continued about my journey in europe, belanda)